Rabu, 30 Desember 2015

HAPPY NEW YEAR, Ngapain ya?


Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, tak terasa udah setaon kita lalui 2015, pasti banyak cerita yang tertuang disana, besok udah 2016. harapan taon depan harus punya rumah, lanjutin sekolah, punya usaha dan sumber duit tanpa keluar rumah trus nambah anak haha, amin. Biasanya taon baru itu Piknik, tamasya, berlibur, melancong, habisin duit? itu kan yang kita sering denger dikalangan masyarakat kita sekarang, bahkan perayaan taon baru sudah menjadi tradisi turun temurun yang wajib dirayakan. Sebenarnya gimana sih kita menyikapi taon baru, perlukah acara, pesta dan sejenisnya untuk merayakannya? 

Sebelum jauh kita curhat, mo ngapain dan punya harapan baru apa di taon baru nanti, yuks kita bahas sebentar, sejarah ditetapkannya penanggalan baik kalender islam (Hijriyah) dan kalender Masehi. 

PENANGGALAN HIJRIYAH


Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari. 
 
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).

Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala:

- At Taubah(9):36 -

PENANGGALAN MASEHI
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.[1]
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.
Secara lebih rinci, berikut adalah beberapa kerusakan yang terjadi seputar perayaan tahun baru masehi.

Kemudian perbedaan antara kedua penanggalan tersebut salah satunya terletak pada Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Namun pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat. 

Nah, udah tahukan sejarah penanggalan kita, sekarang kita obrolin sebenarnya penting gak sih / perlu gak sih kita rayain tahun baru dengan tradisi yang sudah merakyat seperti sekarang ini? Tiup terompet, bakar2 ikan, jagung, main petasan dan pesta2 ala "anak muda sekarang" (Red : jadi bingung, anak muda yang mana ya??)

Sebagai umat islam yang menjunjung tinggi akhlak mulia, dan kesederhanaan seperti yang diajarkan baginda Rasul Muhammad SAW, kita sudah sepatutnya menyambut tahun baru dengan perubahan diri besar-besaran, yang kemaren banyak maksiat, yuk taubat nasuha, yang belom sedekah banyak, yuk sedekah dengan apa yang kita sukai dan kita miliki (Bisa harta, ilmu, waktu & jasa).

Berikut  beberapa madharat merayakan tahun baru, cuss..

Pertama: Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan 'Ied (Perayaan) yang Haram
Perlu diketahui bahwa perayaan ('ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”.”[2]
Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah menjelaskan bahwa perayaan tahun baru itu termasuk merayakan ‘ied (hari raya) yang tidak disyariatkan karena hari raya kaum muslimin hanya ada dua yaitu Idul Fithri dan Idul Adha. Menentukan suatu hari menjadi perayaan (‘ied) adalah bagian dari syari’at (sehingga butuh dalil).[3]

Kedua: Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Merayakan tahun baru termasuk meniru-niru orang kafir. Dan sejak dulu Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia, Romawi, Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”[4]
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
Ingatlah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[5][6]

Ketiga: Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru
Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari'atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.
Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama'ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari'atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.
Jika ada yang mengatakan, “Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.” Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas berkata,  “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.”[7]
Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.

Keempat: Mengucapkan Selamat Tahun Baru yang Jelas Bukan Ajaran Islam
Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? ” Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”[8]

Kelima: Meninggalkan Shalat Lima Waktu
Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.[9] Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[10]Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.

Keenam: Begadang Tanpa Ada Hajat
Begadang tanpa ada kepentingan yang syar'i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat 'Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”[11]
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama'ah. 'Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!”[12] Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)?!

Ketujuh: Terjerumus dalam Zina
Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan  jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi.

Kedelapan: Mengganggu Kaum Muslimin
Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”[13]
Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.”[14] Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!

Kesembilan: Melakukan Pemborosan yang Meniru Perbuatan Setan
Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.1000 untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 1000, bagaimana jika lebih dari itu?!  Padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya),  “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27). 

Kesepuluh: Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga
Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”[15] Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”[16]

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”[17] 


Maaf jika ada penulisan yang kurang tepat, Mohon dikoreksi.
Wallahu walliyut taufiq.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Terimakasih untuk sumber info, baca selengkapnya  Referensi berikut :


Selasa, 29 Desember 2015

Kerinduan Kepada Muhe #Maulid Nabi Muhammad SAW

Kerinduan kepada MUHE,

Senandung cinta kami untukmu wahai kekasih seluruh alam,

Pujian kami untuk mu wahai cahaya dunia,

meski tak pernah kujumpai engkau dalam dekat dan dekap

namun harum akhlak dan pesanmu begitu erat

Duhai kekasih Allah, Duhai Rasululloh,

ijinkan kami menemui mu kelak, 

dan berteduh dibawah benderamu menuju ridho Allah yang Esa

Salam dan shalawat cinta kami padamu, Ya Muhammad,, Ya Rasulalloh,,


Selasa, 22 Desember 2015

Surga Ditelapak Kaki Ibu

HARI IBU, 22 Desember 2015

"Kata orang hari ini adalah hari ibu, tapi buatku akan selalu ada hari buat ibu, 
Ummi, mohon dima'afkan putrimu ini, mungkin dari semua anak2mu akulah yang paling bandel, selalu bikin malu, dan sampai sekarang aku malah merepotkanmu ngemong anakku, cucumu, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan untuk mu, dan do'akan selalu putrimu ini agar segera menjadi manusia yang bermanfa'at"

(dengan tangan gemetar menahan sesak dada menahan tangis, Nisa mencoba menulis SMS untuk sang ibu mencuri waktu disela kesibukan kantornya yang menumpuk)


Cling..

" Iya nduk, ketaatanmu, kesabaranmu, sudah ibu saksikan sejak kamu kecil, itulah kenapa ibu selalu yaqin bahwa Allah akan mengabulkan semua do'aku buatmu, selamat hari ibu juga, karena sekarang kamu juga seorang ibu"

(airmata menetes disudut matanya yang sayu, membaca SMS balasan dari sang ibu)

Tok tok, Assalamu'alaikum,, (Seraya mengetuk pintu rumah)

Wa'alaikum salam,, 
(Sahut Suara lembut dari anak laki2 dari dalam rumah, anak kecil itu dengan riang membukakan pintu untuk ibunya, kemudian memeluknya dan menciuminya saraya berkata) 
" Selamat hari ibu, ya bunda.." 
(dengan tiba2 sang anak mencoba mencari kaki ibunya, dan menciumnya, sontak anisa pun terkaget) 
"eh,, kakak ngapain? ciumin kaki bunda"

(dengan senyumnya yang polos) "kata nenek, surga itu dibawah telapak kaki ibu, makanya aku ciumi kaki bunda, kan aku mau masuk surga"

(Nisapun tersenyum, dimatanya tertahan airmata yang sudah siap meluncur membasahi wajahnya yang ayu, dia menatap kearah Ibunya yang berdiri tepat didepannya, nisa pun mengambil tangan ibunya yang mulai keriput diciumnya penuh hormat)

"Terimakasih bu"

Disaat nisa dikucilkan karena dia seorang Odha, yang disebabkan karena kesalahan transfusi darah yang dialaminya ketika melahirkan, tidak hanya dilingkungan rumah, bahkan diskriminasi itu terjadi ditempat kerjanya, namun semangat serta dorongan dari sang ibu selalu membuatnya kuat, bangkit dan bangkit lagi.

Telah masyhur hadist perihal tersebut :

اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ، مَنْ شِئْنَ أَدْخَلْنَ وَ مَنْ شِئْنَ أَخْرَجْنَ

"Surga itu di bawah telapak kaki ibu, siapa yang ia kehendaki maka akan dimasukkan dan siapa yang ia ingini maka akan dikeluarkan". (Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah, no. 593)


Wallohua'lam, 

Salam hormat, cium sayang buat semua ibu didunia, semoga kita semua tergolong wanita2 / ibu2 yang dirindukan surga. Amin.. 

Senin, 21 Desember 2015

Serat Joyoboyo

Salamun a'laikum,,

Melihat kondisi disekitar kita secara sempit dan keadaan dunia secara luas beberapa tahun belakangan ini,  mengingatkan saya pada dongeng simbah dulu, klo mau tidur pasti semua cucunya berebut tempat untuk mendapat posisi paling enak mendengarkan dongeng.

Sebuah dongeng tentang seorang prabu bernama Joyoboyo, dia adalah seorang raja dari daerah di jawa timur, Kediri  
(Baca Juga : https://id.wikipedia.org/wiki/Ramalan_Jayabaya)

 


Dongeng tentang kehidupan dan polah tingkah manusia yang menghuninya, suatu ketika saat dunia sudah semakin tua dan akan segera gulung tikar "Kiamat" akan dapat dikenali dengan beberapa tanda-tanda kejadian, dan ketika itu dongeng simbah terasa mengada-ada dan mustahil terjadi, namun 20tahun kemudian dongeng simbah terasa nyata, dan benar2 kita alami sekarang.

Singkat cerita, berikut adalah ramalan joyoboyo yang biasa dikenal dengan Jangka Jayabaya / Serat Jayabaya. (Mungkin ini adalah bukan tulisan asli, namun dapat dicerna dengan mudah karena bahasanya yang lebih disederhanakan)



SERAT JOYOBOYO
mBesuk yen wis ono kreto tanpa jaran (mobil),
Tanah Jawa kalungan wesi (rel kereta api),
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang (pesawat),
Kali ilang kedhunge,
Pasar ilang kumandhang'e,
Iku tondho yen tekane jaman Joyoboyo wis cedhak.

Bumi soyo suwe soyo mengkeret,
Sekilan bumi dipajeki,
Jaran doyan mangan sambel,



Wong wadon nganggo pakeyan lanang
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.
Akeh janji ora ditetepi,
Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe,
Menungso podho seneng nyalah,
Ora ngendahake hukum Alloh ,
Barang jahat diangkat-angkat,
Barang suci dibenci,
Akeh menungso mung ngutamakke dhuwit,
Lali kamanungsan,
Lali kabecikan,
Lali sanak lali kadang.
Akeh bopo lali anak,
Akeh anak wani nglawan ibu,
Nantang bopo,
Sedulur podho cidro,
Kulawargo podho curigo.
Konco dadi mungsuh.
Akeh menungso lali asale,
Ukuman Ratu ora adil.
Akeh wong pangkat sing jahat,
Akeh kelakuan sing ganjil,
Wong apik-apik podho kapencil,
Akeh wong nyambut gawe apik-apik podho ngroso isin,
Luwih utomo ngapusi,
Wegah nyambut gawe.
Kepingin urip mewah,
Ngumbar nafsu angkoro murko, nggedhekake duroko,
Wong bener thenger-thenger,
Wong salah malah bungah,
Wong apik ditampik-tampik,
Wong jahat munggah pangkat
Wong agung kasinggung,
Wong olo kapujo,
Wong wadon ilang kawirangane,
Wong lanang ilang kaprawirane
Akeh wong lanang ora duwe bojo,
Akeh wong wadon ora setyo marang bojone,
Akeh ibu podho ngedol anake,
Akeh wong wadon ngedol awake,
Akeh wong ijol2an bojone.
Wong wadon nunggang jaran,
Wong lanang linggih plangki,
Rondho seuang loro,
Prawan seaga lima,
Dhudho pincang laku sembilan uang.
Akeh wong ngedol elmu,
Akeh wong ngaku-aku,
Njobone putih njerone dhadhu,
Ngakune suci, nanging sucine palsu.
Akeh bujuk akeh lojo,
Akeh udan salah mongso,
Akeh prawan tuwo,
Akeh rondho nglairake anak,
Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapak'e.
Agomo akeh sing nantang,
Prikamanungsan soyo ilang.
Omah suci dibenci,
Omah olo soyo dipujo.
Wong wadon lacur ing ngendi-endi,
Akeh laknat,
Akeh pengkhianat.
Anak mangan bapak,
Sedulur mangan sedulur.
Konco dadi mungsuh.
Guru disatru.
Tonggo podho curiga.
Kono-kene soyo angkoro murko.
Sing weruh kebubuhan,
Sing ora weruh ketutuh.
Mbesuk yen ono peperangan.
Teko soko wetan, kulon, kidul lan lor.
Akeh wong becik soyo sengsoro,
Wong jahat soyo seneng.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Wong salah dianggep bener.
Pengkhianat nikmat.
Durjono soyo sempurno.
Wong jahat munggah pangkat.
Wong lugu kebelenggu.
Wong mulyo dikunjoro.
Sing curang garang.
Sing jujur kojur.
Pedagang akeh sing keplarang.
Wong main akeh sing ndadi.
Akeh barang haram.
Akeh anak haram.
Wong wadon nglamar wong lanang.
Wong lanang ngasorake drajate dhewe.
Akeh barang-barang mlebu luang.
Akeh wong kaliren lan wudo.
Wong tuku ngglenik sing dodol.
Sing dodol akal okol.
Wong golek pangan koyo gabah diinteri.
Sing kebat kliwat.
Sing telah sambat.
Sing gedhe kesasar.
Sing cilik kepleset.
Sing anggak ketunggak.
Sing wedi mati.
Sing nekat mbrekat.
Sing jerih ketindhih.
Sing ngawur makmur.
Sing ngati-ati ngrintih.
Sing ngedan keduman.
Sing waras nggagas.
Wong tani ditaleni.
Wong dora uro-uro.
Ratu ora netepi janji, musno panguwasane.
Bupati dadi rakyat.
Wong cilik dadi priyayi.
Sing mendele dadi gedhe.
Sing jujur ajur.
Akeh omah ing ndhuwur jaran.
Wong mangan wong.
Anak lali bapak.
Wong tuwa lali tuwane.
Pedagang adol barang saya laris.
Bondhone soyo ludhes.
Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Akeh wong nyekel bondho nanging uripe sengsoro.
Sing edan biso dandan.
Sing bengkong biso nggalang gedhong.
Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil.
Ono peperangan ing njero.
Timbul amarga para pangkat akeh sing salah tompo ...

Pitutur Jowo asli iki ojo dilalekno ...
Urip iku mung sedhelo ...
Mulo, pitutur iki sebarno marang poro konco ...!!
Matur Nuwun

Semoga Serat ini membantu kita untuk lebih hati-hati melangkah dalam berkehidupan dan mencari bekal pulang ke akhirat dengan cara yang halal dan berkah buat semua, amin.

Bagi yang kurang mengerti bahasa jawa, bisa menggunakan Google Translate atau kamus bahasa jawa dan sejenisnya untuk membantu, Terimakasih semoga bermanfaat.

Jumat, 18 Desember 2015

Pacarku tak kunjung menikahiku

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Setiap orang pasti punya masa suram (jahiliyah) termasuk saya, tapi keputusan terbaik adalah orang yang segera bertaubat dan tidak mengulanginya lagi karena Allah SWT serta memperbaiki diri dengan amal shaleh. (Taubatannasuha)

Pacaran, yup. mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita, kenapa yah umumnya wanita suka "digombalin", "diPHPin", ?? dibuai dengan rayuan, janji2 yang belom tentu dipenuhi, tapi anehnya mau aja yah. dan virus ini tidak hanya menyerang kaum muda saja, bahkan orang tua baik single / sudah berpasangan ada yang terserang virus pacaran ini , kadang yang bikin sedih dan prihatin itu, lihat pemuda/i, berjilbab tapi tetap aja pacaran, mengumbar maksiat didepan umum udah kaya' hal lumrah, tanpa ada rasa malu lagi. (astaghfirulloh, sembunyi2 juga tetap gak boleh ya)

Padahal telah sama-sama kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra, 17 : 32)

Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: “Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia
lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim) 

Dan, maksiat itu membawa pelakunya makin kreatif, rasa malu itu bisa dilakukan  ditempat umum seperti tempat wisata, mall bahkan pasar tradisional, yang parahnya lagi maksiat itu juga terjadi ditempat yang seharusnya mengajarkan tentang moralitas serta akhlak seperti sekolah dan kampus. istilah mojok  suga sudah menjadi kosa kata baru didunia pacaran. Kreatifkan?

Kemudian, Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur’an berikut:
Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya.
(HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)


Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan.” 
(HR. Imam Ahmad)

Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadist Hasan, Thabrani dalam Mu’jam Kabir 20/174/386)

Demi Allah, tangan Rasulallah SAW tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) sama sekali meskipun dalam keadaan memba’iat. Beliau tidak memba’iat mereka kecuali dengan mangatakan: “Saya ba’iat kalian.” (HR. Al-Bukhari)

Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari Kiamat.” (HR. Imam Ahmad) Dari Jarir bin Abdullah
r.a. dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku.” 

(HR. Imam Muslim)

Allah memerintahkan hambanya untuk senantiasa menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, yang salah satu jalannya adalah lewat pacaran dengan berbagai caranya, (berduaan, saling curpan2 gitu) dan itu berlaku untuk semua manusia beriman baik dari kalangan hamba sahaya sampai keluarga nabi, seperti dalam ayat Qur'an berikut :
 
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 32)

Allahu Akbar, semoga senantiasa Allah menjaga kita dan anak keturunan kita dari perbuatan keji tersebut.
Karena runtuhnya generasi bukan karena seatu negeri itu dipenuhi orang bodoh, tapi melainkan tidak pedulinya orang yang berilmu atasnya.

Nah, bagi yang masih menjalin cinta dengan status Pacaran, setelah baca artikel ini, segera ambil tindakan yah. dan bilang 





Yuk, kita perbaiki diri mulai yang terkecil dan sekarang juga.
Mohon ma'af ya klo ada tulisan yang tidak berkenan. Semoga bermanfa'at.

Wassalamualaikum Wr.Wb

   

Kamis, 12 November 2015

Rumah Baru

 Gambar 1 : Bangunan Rumah Baca Al-ashar (Demak - Jawa Tengah) Tampak dari Depan.

Gambar 2 : Ini gambar anak2 lagi pada berebut buku bacaan, lihat dindingnya masih pada bolong tapi semangat, koleksi kami juga masih dikit,, maju terus....!

Assalamu'alaikum..

Alhamdulillah... 15 tahun penuh perjuangan sudah terlalui, ini udah akhir tahun 2015. 
Ya Robb.. ternyata perjuangan masih panjang. Semangat... !!!

Bangunan bilik bambu berubah jadi lebih layak untuk tempat anak2 menimba ilmu dan bersosialisasi. Terimakasih kami ucapkan kepada Allah SWT, Penasehat, Saudaraku semuanya, para Donatur yang setia dan ngasih suport kepada kami untuk terus maju dan berjuang dijalan Allah, meski kita ketahuai semua perjuangan yang kami lalui sangat pahit, penuh hujat dan fitnah. But  Alhamdulillah.. inilah skenario Allah, "Siapa yang berjuang dijalan Allah, Maka Allah akan mempermudah urusannya"

Lembaga pendidikan islam "Al-Ashar" yang bertempat di Kec. Dempet, Kab.Demak, Jawa Tengah, sudah berkembang pesat, insyaAllah AAAmmiiiinn... dengan niat tulus dan ikhlas dari teman2 dan para pihak yang berjasa (Red. Allah yang tau dan bakal balas niat baik semuanya ;* ) yang semula hanya mempunyai jasa pendidikan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an) & Rumah Baca , sekarang bertambah dengan hadirnya PAUD yang berdiri sejak Juni 2013 (Red. Udah ada ijin operasionalnya ya....) Alhamdulillah... tak henti mulut ini berucap syukur, Ya Alloh.. mimpi yang terwujud, namun perjuangan belum berakhir kawan.

Kembali ke Rumah Baca, dikarenakan koleksi buku kami yang masih sedikit, dan kebanyakan semuanya udah pada dibaca.... kami masih membuka peluang amal sedekah bagi kawan2 yang punya buku bacaan bekas sekolah (Red : yang amasih layak baca ya..) boleh didonaturin ke kami, apalagi bagi kawan2 yang bersedia menyumbangkan buku baru.. (Hehe..) atau ada referensi instansi, LSM, perusahaan, ataupun peroragan yang baik hati bersedia menjadi DONATUR.. buku buku buku...

Contact. ANING (Phone/SMS/WA) 081914608066
email : setyaning_akemoms@yahoo.com / celmamelia@gmail.com

Terimakasih,, Matur suwun,, Syukron Katsir,, Thanks,, Sie sie.. 

Wassalamu'alaikum Wr.Wb  ;*